MEMAKNAI SUMPAH PEMUDA

MEMAKNAI SUMPAH PEMUDA

1928-2016

Oleh : Dadang Sudrajat, S.Sos, MM, M.Si.

(Sekretaris Kwarcab Tangerang)

Sejarah telah mencatat tonggak perjuangan bangsa Indonesia dimasa era Kolonial Belanda dengan berbagai penindasan, Hak Asasi Manusia Tak dikenal apalagi kemerdekaan pribadi, berbangsa dan bernegara rasanya jauh dari bangsa ini, lebih – lebih untuk berekpresi dan berkreatif ria.

Sebelum lebih jauh kita mengupas tentang makna mengisi kemerdekaan dan semangat sumpah pemuda di era kebebasan ini, perlulah kita sejenak menengok kebelakang tentang sepenggal sejarah yang menjadi cikal bakal pergerakan kepemudaan yang menghantarkan bangsa ini sampai saat ini.

Dimulai dari  Kongres Pemuda yang pertama ini dilaksanakan di Batavia (Jakarta). Kongres Pemuda I dari tanggal 30 April – 2 Mei 1926. Kongres Pemuda I diketuai oleh Muhammad Tabrani sebagai awal dari pergerakan pemuda dan kaum pelopor pemersatu merupakan rintisan yang saat itu masih bersipat kultural, kelompok kelompok kecil , kesukuan  yang akhirnya membawa kita hingga kini menjadi sebuah bangsa yang besar adalah suatu proses yang harus dan telah tercatat oleh sejarah.

Dilanjutkan   dengan  Kongres   kedua yang diselenggarakan pada tanggal 27-28 Oktober 1928, dan keputusannya dikenal sebagai Sumpah Pemuda. Ketua Kongres Pemuda II dipimpin oleh Sugondo Joyopuspito (PPPI) dan wakilnya Joko Marsaid (Jong Java). Dan, penyelenggaraan kongres pemuda hari pertama di gedung Katholikee jongelingen Bond (Gedung Pemuda Katolik). Hari kedua di gedung Oost Java (sekarang di Medan Merdeka Utara Nomor 14).

Berbekal hal tersebut diatas sampai dengan diperkenalkannya dan dikumandangkannya pertama kali  oleh pemuda tentang lagu yang kelak menjadi lagu kebangsaan kita pada saat acara berlangsung adalah ruh dari sumpah pemuda itu sendiri.

“Bangunlah jiwanya, bangunlah Badannya Untuk Indonesia Raya” demikian salah satu bait dari lirik lagu kebangsaan kita “Indonesia Raya” yang sering kita dengan dan dikumandangan disaat acara – acara kenegaraan maupun formal lainnya.

Memaknai sebuah bait dari lirik lagu kebangsaan kita sangat sarat mengandung makna yang dalam jika kita hayati , sebuah makna yang penuh keseimbangan hidup baik menggerakan jiwa dalam mengisi kemerdekaan maupun melalui penggerakan raga dengan makna membangunkan badan. Lebih jauh pemaknaan ini adalah pemuda tidak boleh lemah dalam semagat dan cita cita, pemuda tidak boleh malas dalam melaksanakan  aktifitas, berkarya nyata dan bukan hanya berteriak lantang dalam aksi aksi protes, dalam aksi kasi yang menyuarakan harapan dan keinginan yang hanya bernuansa kepentingan individu dan sesaat, akan tetapi lebih pada pembuktian diri denganberbuat dan berkarya nyata dengan hasil yang bermanfaat bagi dirinya, masyarakat , bangsa dan agamanya, itu lah pemaknaan yang sesungguhnya dari sumpah pemuda yang di gemakan 88 tahun yang lalu.

Apa yang harus dilakukan di era keterbukaan saat ini ?

Masyarakat ekonomi asia (MEA) telah digulirkan, dituntut kaum muda untuk lebih bukan sekedar memiliki pengetahuan akademik saja, kretif, inovatif dan memiliki wawasan luas, berkarakter dan visioner merupakan pola yang harus dimiliki generasi muda.

Secara sederhana dalam implementasi keseharian harus bersikap professional terhadap ruang lingkup masing masing, yang masih mengikuti pendidikan, bukan hanya sekedar lulus dan mendapatkan selembar ijazah begitupun yang bekerja bukan hanya sekedar mengandalkan menjadi orang suruhan dan bawahan yang sepanjang usia hanya mengharapkan belas kasihan pemilik modal besar “Pengusaha”.

Pemuda diera ini adalah pemuda yang harus dan mampu menaklukan dirinya sendiri, melawan rasa sombongnya sendiri dalam memaknai hidup dengan kemanfaatan hidup ditengah – tengah masyarakat.

Penyampaian kalimat – kalimat diatas, pasti pembaca akan mengatakan “itu hanya retorika dan omong besar” jawaban yang dibilang dengan kata bisa ia dan bisa tidak, terletak pemaknaannya ditinjau dari sisi mana kita mau bersikap. Jika Pikiran positif kita kedepankan sudah pasti akan melahirkan makna positif, jika negative memaknainya maka sudah pasti pemikirannya pun negative. Dalam memaknai sumpah pemuda di era ini, bukan hanya kata yang harus kita ucapkan paling terdepan, akan tetapi karya nyata.

Di era ini pemaknaan bangunbnlah jiwanya bangunlah badannya adalah sikap keseimbangan hidup dalam mewarnai kehidupan di tengah – tengah masyarakat yang menunggu kaum muda untuk lebih eksis dalam hal – hal yang positif, penuh keseimbangan antara imtaq dan iptek disertai dengan akal pikiran yang realistis dan menggunakan hati dan nurani untuk menjaga keseimbangan hidup ini.

Dipenghujung tulisan bebas yang saya sampaikan tanpa mengikuti alur dan estetika, serta tak gaya bahasa formal saya mengajak kaum muda untuk menjadi yang terdepan dalam berbagai bidang kehidupan dengan arif dan bijaksana.

1 thought on “MEMAKNAI SUMPAH PEMUDA”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.