DWI NURWAHYUDI : KAK HERMAN BUKTI NYATA PANDU MEMANDU

Bismillahirrahmanirrahim
Semoga ini menjadi kebaikan.
Salam Pramuka
“Kami jadi Pandumu”, dengan penuh hikmat penggalan lirik tersebut tentu tidak asing bagi anggota Pramuka, atau minimal bagi mereka yang pernah mengikuti Pramuka. Karena memang sering diucapkan pada tiap giat Pramuka. Namun kali ini penulis tertarik ingin menyajikan wujud dari pandu tersebut.
Pria paruh baya yang akrab disapa Kak Herman tentulah tidak asing bagi anggota Pramuka di Tangerang, baik Kwarcab Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, juga Tangerang Selatan. Tidaklah berlebihan jika penulis menambahkan bahwa sosok Kak Herman sudah akrab bagi sebagian besar anggota Pramuka se-Kwarda Banten (red:Provinsi) Luas Provinsi Banten 9.663 kmĀ². Penulis sendiri Pertama kali mengenal sosok kak Herman sekitar tahun 2008an saat giat Perkemahan Ambalan Gugus Depan di Pantai Tanjung Pasir Desa Teluknaga Kabupaten Tangerang. Beliau hadir pada malam ini berbaur dengan Dewan Ambalan dan beberapa senior.

Pertanyaan adalah, kok bisa?
Sederhana memang. Namun begitulah kenyataannya, kak Herman tak pernah absen dalam giat Pramuka disekitar Kwarda Banten. Bahkan penulis mendapat info kak Herman pernah dijumpai sampai di Bumi Perkemahan Cibubur Jakarta Timur, Bumi Perkemahan Jatinangor Sumedang Jawa Barat, dan mungkin masih ada beberapa Bumi Perkemahan yang pernah menjadi saksi kegigihan kak Herman datang dalam giat Pramuka dengan “Kayuhan Sepeda”, ya Sepeda. Sosok kak Herman juga lekat dengan Sepedanya. Teman perjalanan, teman Pramuka, teman keseharian atau mungkin ada makna yang telah mendalam lainnya mengenai padanan arti Sepeda dan kak Herman.

Banyak memang dan masih bisa dijumpai sosok-sosok sepuh yang masih setia di Gerakan Pramuka Indonesia, jelas itupun adalah tanda “Kami jadi Pandumu” juga terhadap Ibu Pertiwi. Begitu pun sosok kak Herman ini. Penulis simpulkan juga termasuk dalam kategori tersebut. Sayangnya penulis belum mendapatkan data valid mengenai sosok kak Herman yang jauh lebih lengkap selain tempat tinggalnya dekat Taman Makam Pahlawan Taruna di Kota Tangerang. Selebihnya hanya kabar angin yang kadang malah tidak bisa dipertanggungjawabkan. Pernah beberapa tahun lalu, maaf penulis sampaikan, sekitar tahun 2015-2016an ada kabar yang beredar menyatakan bahwa kak Herman telah meninggal, sontak membuat seantero Tangerang Raya (sebutan untuk Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Tangerang Selatan) geger dan bermunculan broadcast message ucapan duka pun mengalir. Setelah dicek kembali Alhamdulillah kabar tersebut tidak benar, sampai dengan per 11 November 2018 penulis berkesempatan untuk bertemu dengan kak Herman saat giat Lomba Keterampilan Penggalang (LKG) 2018 di Bumi Perkemahan Kitri Bakti Curug Kabupaten Tangerang dan kak Herman terlihat sehat, pada foto yang penulis ambil kak Herman sedang membantu menyusun piala lomba.

Hanya berharap tulisan ini bermanfaat, semoga khalayak atau khususnya Anggota Pramuka se-Indonesia bisa mengambil pelajaran dari sosok Kak Herman yang sudah pasti kecintaan terhadap Gerakan Pramuka Indonesia tidak perlu diragukan. Ya….cinta. Itulah penyatu paling ampuh yang dibutuhkan untuk Gerakan Pramuka Indonesia. Semoga sosok-sosok seperti kak Herman ini minimal bisa mendapat apresiasi baik dari siapapun itu yang juga seorang Pandu Ibu Pertiwi, entah dengan hal seperti apa dan bagaimana penulis pun tidak bisa memberikan padanan yang cocok. Pandu Memandu itulah kak Herman.

Jika ada ketidakcocokan data dalam tulisan saya berkenan kiranya mengoreksi atau mungkin mendambakan info mengenai sosok kak Herman

01.28 WIB
Dwi Nurwahyudi| Mas Kacamata
Senin, 12 November 2018

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.